Tanpa oksigen, manusia tidak
bisa bertahan hidup. Oksigen diperlukan semua orang, kala sehat maupun sakit.
Sayang, pencemaran udara dan polusi sudah menurunkan kualitasnya. Terapi
hiperbarik bisa jadi pilihan karena oksigen murni yang sudah diberi tekanan
tinggi ini bisa langsung masuk ke inti sel.
Terapi hiperbarik adalah
pengobatan dengan cara pasien menghirup udara murni atau 100 persen yang
dialirkan pada tekanan udara yang lebih besar daripada atmosfer normal sehingga
menjadi cair. Kondisi demikian akan meningkatkan penyerapannya ke seluruh
aliran darah.
Dituturkan dr. Susan Simanungkalit, Sp.KL, MS, dari Hyperbaric Center RS AL Mintohardjo, kadar oksigen di udara sekitar 20,8 persen. Selain oksigen, ada nitrogen, CO2, CO, dan helium. Oksigen diperlukan dalam mekanisme pembakaran untuk menghasilkan energi.
”Coba saja tutup hidung dan mulut rapat-rapat. Setelah beberapa lama, kita bisa lemas,” ujar spesialis kesehatan laut alumnus FK Universitas Indonesia ini.
Pada penyandang diabetes atau diabetesi, terjadi gangguan aliran darah karena biasanya pembuluh darah sudah tidak lentur lagi. Akibatnya, suplai oksigen pun berkurang.
Kurang oksigen bisa memicu hipoksia, yang akan menyebabkan infeksi dan kematian jaringan. Padahal, jaringan busuk adalah sumber kuman.
”Ada proses kelarutan oksigen dalam plasma darah. Seperti memberi makan jaringan yang rusak. Pada diabetesi, terapi hiperbarik dimaksudkan untuk memperbesar suplai oksigen dalam jaringan dan juga mematikan kuman sehingga bersifat seperti antibiotika,” katanya.
Pengobatan hiperbarik dapat berupa pengobatan tunggal maupun kombinasi dengan prosedur medis konvensional maupun prosedur bedah lainnya. Setelah menjalani pengobatan hiperbarik, konsultan akan merujuk kembali ke dokter yang merawat.
”Dari pengalaman, setelah diterapi, penyandang gangren karena diabetes kondisinya akan jauh lebih baik asal belum terlambat ditangani. Ada prinsip golden period juga dalam hiperbarik. Semakin cepat diterapi, pasien juga akan semakin cepat pulih,” tuturnya.
Dituturkan dr. Susan Simanungkalit, Sp.KL, MS, dari Hyperbaric Center RS AL Mintohardjo, kadar oksigen di udara sekitar 20,8 persen. Selain oksigen, ada nitrogen, CO2, CO, dan helium. Oksigen diperlukan dalam mekanisme pembakaran untuk menghasilkan energi.
”Coba saja tutup hidung dan mulut rapat-rapat. Setelah beberapa lama, kita bisa lemas,” ujar spesialis kesehatan laut alumnus FK Universitas Indonesia ini.
Pada penyandang diabetes atau diabetesi, terjadi gangguan aliran darah karena biasanya pembuluh darah sudah tidak lentur lagi. Akibatnya, suplai oksigen pun berkurang.
Kurang oksigen bisa memicu hipoksia, yang akan menyebabkan infeksi dan kematian jaringan. Padahal, jaringan busuk adalah sumber kuman.
”Ada proses kelarutan oksigen dalam plasma darah. Seperti memberi makan jaringan yang rusak. Pada diabetesi, terapi hiperbarik dimaksudkan untuk memperbesar suplai oksigen dalam jaringan dan juga mematikan kuman sehingga bersifat seperti antibiotika,” katanya.
Pengobatan hiperbarik dapat berupa pengobatan tunggal maupun kombinasi dengan prosedur medis konvensional maupun prosedur bedah lainnya. Setelah menjalani pengobatan hiperbarik, konsultan akan merujuk kembali ke dokter yang merawat.
”Dari pengalaman, setelah diterapi, penyandang gangren karena diabetes kondisinya akan jauh lebih baik asal belum terlambat ditangani. Ada prinsip golden period juga dalam hiperbarik. Semakin cepat diterapi, pasien juga akan semakin cepat pulih,” tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar